Oleh
Moch HisyamSyekh Abu Abdullah RA berkata,
“Suatu hari, ibu saya meminta ayahku membeli ikan di pasar. Kemudian,
saya pergi bersama ayah saya. Setelah ikan dibeli, kami memerlukan
seseorang untuk membawanya.
Di saat itu, ada seorang pemuda yang
sedang berdiri didekat kami. Pemuda itu berkata, “Wahai bapak, apakah
bapak memerlukan bantuan saya untuk membawa ikan itu?” “Ya, benar!” kata
ayah saya. Kemudian, pemuda itu membawa ikan di atas kepalanya dan
turut bersama kami ke rumah.
Di tengah perjalanan, kami mendengar
suara azan. Pemuda itu berkata, “Penyeru Allah telah memanggil.
Izinkanlah saya berwudhu, barang ini akan saya bawa setelah shalat
nanti. Apabila bapak bersedia, silakan menunggu, jika tidak, silakan
bawa sendiri.”
Setelah berkata demikian, ia meletakkan ikan-ikan
itu dan pergi ke masjid. Ayahku berpikir, pemuda itu mempunyai keyakinan
yang begitu kuat kepada Allah SWT, bagaikan seorang waliyullah.
Akhirnya ayah meletakkan ikan-ikan itu, kemudian kami pergi ke masjid.
Setelah
kembali dari masjid, ternyata ikan-ikan itu masih berada di tempatnya.
Lalu, pemuda itu mengangkat kembali ikan-ikan tadi dan bersama menuju
rumah.
Setibanya di rumah, ayah menceritakan peristiwa tersebut
kepada ibu. Ibu berkata kepada pemuda tadi, “Simpanlah ikan-ikan itu,
mari makan bersama kami, setelah itu kamu boleh pulang.”
Tetapi
pemuda itu menjawab, ”Maaf ibu, saya sedang berpuasa.” Ayah berkata,
“Kalau begitu, datanglah ke sini nanti petang dan berbukalah di sini.”
Pemuda
itu berkata, “Biasanya, jika saya telah berangkat maka saya tidak akan
kembali lagi. Tetapi untuk kali ini, saya akan pergi ke masjid dan
petang nanti saya akan kembali kemari.”
Sesudah itu, dia pergi
dan meminta untuk tinggal si sebuah masjid di dekat rumah. Pada petang
harinya setelah Maghrib, pemuda tadi datang dan makan bersama kami.
Setelah makan, kami menyiapkan sebuah kamar untuknya agar ia dapat
beristirahat tanpa diganggu oleh siapa pun.
Di sebelah rumah
kami, ada seorang wanita tua yang lumpuh. Kami benar-benar terkejut
ketika melihatnya dapat berjalan. Kami bertanya, “Bagaimana engkau dapat
sembuh?”
Wanita tua itu menjawab, “Saya didoakan oleh tamu Anda
agar kaki saya disembuhkan dan Allah mengabulkan doanya.” Ketika kami
mencari pemuda itu, ternyata dia telah meninggalkan kamarnya. Pemuda itu
pergi tanpa diketahui oleh siapa pun.
Kisah yang terdapat di dalam Kitab
Fadhail A'mal,
karya Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandhalawi di atas, memberikan
pelajaran berharga. Yakni, di antara rahasia mendirikan shalat lima
waktu di awal waktu dengan berjamaah akan menjadikan doa-doanya cepat
diijabah.
Itu karena orang yang mendirikan shalat lima waktu di
awal waktu dengan berjamaah adalah orang yang bersih dari dosa.
“Sesungguhnya shalat lima waktu itu menghilangkan dosa-dosa sebagaimana
air menghilangkan kotoran.” (HR Muslim). Selain itu, karena ia
mendahulukan panggilan Allah dari panggilan selain-Nya.
Untuk
itu, ketika azan berkumandang mari kita segera penuhi panggilan Allah
untuk melaksanakan shalat pada awal waktu dengan berjamaah. Agar doa-doa
kita mustajab dan mendapat kedudukan yang tinggi di sisi Allah SWT.
Sumber:
ROL